Sustainable Aviation Fuel Dari PT Pertamina Membuktikan Indonesia Siap Menjadi Pemimpin Regional Dalam Energi Terbarukan Sekaligus Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Hijau Berkelanjutan Melalui Transportasi Udara
- Minggu, 24 Agustus 2025

JAKARTA - Sejarah baru dalam dunia penerbangan nasional tercipta ketika Pertamina melaksanakan penerbangan perdana menggunakan Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbasis minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO). Uji coba ini dilakukan oleh maskapai Pelita Air dengan rute Jakarta – Bali melalui Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, pada Rabu 20 Agustus 2025. Penerbangan tersebut menjadi langkah penting dalam pengembangan energi hijau Indonesia yang mendukung agenda transisi energi sekaligus target pengurangan emisi karbon.
Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menegaskan bahwa peluncuran SAF bukan hanya sekadar proyek uji coba, melainkan bukti komitmen nyata Pertamina untuk menghadirkan energi berkelanjutan bagi sektor penerbangan. Produk ini dihasilkan melalui teknologi co-processing yang mengombinasikan minyak tanah (kerosene) dengan minyak jelantah hasil daur ulang, diproduksi di Kilang RU IV Cilacap. Bahan bakar tersebut telah lolos standar internasional DefStan 91-091 yang biasa digunakan maskapai global.
Sertifikasi Internasional Mendukung Kualitas SAF Pertamina
Baca JugaBelum Genap 3 Bulan, KAI Living Gondangdia Sudah Capai Okupansi 86%
Pertamina SAF berhasil mendapatkan sertifikasi penting yang memperkuat legitimasi kualitasnya di kancah global. Salah satunya adalah International Sustainability & Carbon Certification (ISCC) yang menilai aspek keberlanjutan mulai dari proses pengumpulan minyak jelantah, fasilitas produksi kilang, hingga distribusi. Selain itu, produk ini juga memenuhi kriteria Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA), yang merupakan standar emisi internasional untuk penerbangan.
Tak hanya berhenti di situ, SAF Pertamina juga sudah mengantongi sertifikat dari Renewable Energy Directive (RED) European Union, yang memungkinkan produk ini diterima di pasar Eropa. Menurut Simon, keberhasilan tersebut menunjukkan bahwa rantai pasok SAF Pertamina telah memenuhi standar global, sehingga dapat dimanfaatkan tidak hanya di penerbangan domestik, tetapi juga penerbangan internasional. Dengan demikian, posisi Indonesia semakin strategis sebagai pemain utama dalam industri energi terbarukan berbasis biofuel.
Inovasi Pertamina Menciptakan Ekosistem SAF Berbasis Minyak Jelantah
Pertamina tidak hanya memproduksi SAF, tetapi juga membangun ekosistem terintegrasi dari hulu hingga hilir. Inovasi besar yang diterapkan adalah pemanfaatan katalis Merah Putih, hasil pengembangan Pertamina bersama produsen katalis dalam negeri. Teknologi ini memungkinkan proses produksi SAF dari minyak jelantah berjalan lebih efisien sekaligus memperkuat kemandirian teknologi nasional.
Pengembangan ekosistem tersebut juga mencakup keterlibatan masyarakat dalam rantai pasok bahan baku. Melalui anak usaha Pertamina Patra Niaga, masyarakat diajak untuk mengumpulkan minyak jelantah dari rumah tangga, restoran, maupun industri makanan. Langkah ini tidak hanya mendukung kebutuhan bahan baku, tetapi juga membuka peluang terciptanya ekonomi sirkular di tingkat lokal. Ke depan, Pertamina berencana memperluas implementasi SAF ke kilang lain, seperti RU II Dumai dan RU VI Balongan, agar kapasitas produksi semakin besar.
Dukungan Stakeholder Dalam Penerbangan Perdana SAF
Penerbangan perdana SAF Pertamina mendapatkan dukungan penuh dari berbagai pihak. Komisaris Utama Pertamina, Mochamad Iriawan, menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang berkontribusi mulai dari proses pengumpulan minyak jelantah, pengolahan di kilang, distribusi oleh Patra Niaga, hingga penggunaannya oleh maskapai Pelita Air. Ia menekankan pentingnya peran masyarakat yang aktif menyerahkan minyak jelantah agar dapat dimanfaatkan menjadi energi ramah lingkungan.
Acara peluncuran juga dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi negara dan perwakilan lembaga pemerintah. Beberapa di antaranya adalah Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia Letjen TNI (Purn) A.M. Putranto, Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno, serta Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Dadan Kusdiana. Hadir pula Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Lukman F. Laisa, jajaran Direksi Pertamina Group, serta pimpinan perguruan tinggi dan mitra strategis. Kehadiran berbagai pemangku kepentingan ini menegaskan bahwa pengembangan SAF menjadi program nasional yang melibatkan banyak sektor.
Pertamina Dan Komitmen Menuju Energi Hijau
Sebagai perusahaan energi terbesar di Indonesia, Pertamina terus berkomitmen dalam mendorong transisi menuju energi hijau. SAF menjadi salah satu strategi utama untuk mendukung pencapaian net zero emission tahun 2060. Inisiatif ini sejalan dengan agenda Sustainable Development Goals (SDGs) dan penerapan Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam seluruh lini bisnis Pertamina.
Melalui langkah ini, Pertamina menegaskan perannya sebagai Regional Champion SAF di ASEAN, karena mampu membangun ekosistem hulu-hilir secara mandiri. Dengan dukungan inovasi teknologi, kolaborasi dengan masyarakat, serta standar internasional yang ketat, SAF Pertamina diharapkan menjadi tulang punggung transportasi udara berkelanjutan di Indonesia dan kawasan regional.

Redaksi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Kontrak Baru PTPP Dorong Pertumbuhan Infrastruktur Nasional
- 12 September 2025
2.
ASDP Indonesia Ferry Catat Laba Tinggi Semester I 2025
- 12 September 2025
3.
Pertamina Capai Pendapatan Fantastis di Semester I
- 12 September 2025
4.
Rasakan Sensasi Skydiving dengan Berbagai Jenis Serunya
- 12 September 2025
5.
Jadwal Siaran Super League Ada Persib Lawan Persebaya
- 12 September 2025